Anemia, sebagai akibat Defisiensi zat Besi (Fe) dan Seng (Zn)
Helloo Reader....... Nama saya Lestari Puji Astuti, 125100107111045, di postingan kali ini saya akan membahas tentang Masalah Nutrisi di Indonesia, ini merupakan artikel untuk tugas Gizi dan Kesehatan Masyarakat. enjoy your reading :)
Anemia, sebagai akibat Defisiensi zat Besi (Fe) dan Seng (Zn)
Di Indonesia prevalensi orang terkena
anemia menurut Nadia terhitung cukup tinggi. Sebuah survey yang dilakukan
Fakultas Kedokteran di beberapa Universitas di Indonesia pada 2012 menemukan
50-63% ibu hamil menderita anemia. Selain itu 40% wanita usia subur turut
mengalami anemia. Tak hanya survey tersebut yang memaparkan ancaman anemia di
Indonesia. Asian Development Bank (ADB) mencatat pada 2012 sebanyak 22 juta
anak Indonesia menderita anemia sehingga menyebabkan penurunan IQ. Penelitian
Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang sama menyebutkan 51% wanita
hamil menderita anemia sehingga menyebabkan kematian hingga 300 jiwa perhari.
Lalu Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak Kementrian Kesehatan
pada 2012 mencatat 1 dari 2 wanita bekerja di Indonesia beresiko anemia.
dr. Sudjatmiko, Sp. A( K), Msi, dokter
spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang anak menyatakan bahwa kondisi
kurang zat besi bukan sekadar membuat anak terkena gejala anemia seperti lemas,
seperti yang dialami orang dewasa. Tetapi hal itu ternyata membuat membuat anak
menjadi tidak cerdas. Banyak orang mengira bahwa kekurangan zat besi hanya
berefek 5L yakni Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai. Beliau menjelaskan bahwa
Efek 5L tersebut merupakan efek untuk orang dewasa yang kekurangan zat besi.
Sedangkan apabila anak-anak dibiarkan mengalami zat besi membuat IQ mereka menjadi
rendah. Dokter dari Divisi Hematologi-Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI) Nadia Ayu Mulansari menambahkan bahwa orang yang berpotensi
terkena penyakit ini tidak selalu sadar bahwa dirinya anemia, gejala anemia
umumnya ditkitai kelelahan walaupun baru bangun tidur seperti lemah, letih, dan
lesu, pusing, nafas sesak, serta susah berkonsentrasi, hal ini dikarenakan Kadar
hemoglobin normal dalam darah yakni 12 per desiliter, penderita anemia memiliki
hb dibawah angka tersebut. Pada orang usia produktif gejala anemia tentu saja
berpengaruh pada pekerjaan sehari-hari. Sedangkan pada bayi dan anak-anak
berpengaruh pada pertumbuhan serta kemampuan kognitifnya di masa mendatang.
Defisiensi zat gizi mikro yang sering
dijumpai pada anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) adalah zat besi (ferrous, Fe) dan seng (zinc, Zn). Zat besi dan
seng termasuk mikronutrien
karena jumlah yang diperlukan tubuh sedikit, tetapi memiliki banyak peranan metabolisme dan kesehatan tubuh yang sangat
vital. Bisa jadi, secara fisik seseorang yang mengalami kekurangan atau
defisiensi salah satu atau lebih zat gizi mikro, akan kelihatan tidak
“kelaparan”; namun sesungguhnya seseorang tersebut telah mengalami “lapar gizi
mikro” (hidden hunger) yang dapat mempengaruhi kualitas hidup.
Zat Besi (Fe)
Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen
yang esensial bagi tubuh, terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan
darah) yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb). Hemoglobin sendiri terdiri dari Fe
(zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe). Fungsi Fe
dalam tubuh banyak di perankan dalam bentuk hemoglobin ini yang berfungsi
sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan sebagai alat
angkut elektron di dalam sel. Selain itu zat besi juga berada dalam bentuk
myoglobin yang berfungsi untuk menyimpan dan mendistribusikan oksigen dalam sel
otot, dan dalam bentuk enzyme terikat besi (iron dependent enzymes) yang
merupakan bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.
Kandungan besi dalam bahan sangat kecil
yaitu 35 mg per kg berat badan wanita atau 50 mg per kg berat badan pria. Besi
dalam badan sebagian terletak dalam sel-sel darah merah sebagai heme, suatu pigmen yang mengandung inti
sebuah atom besi. Dalam sebuah molekul hemoglobin terdapat 4 heme. Sel darah
merah mempunyai masa hidup yang terbatas yaitu hanya 120 hari. Perusakan sel
darah merah terjadi di dalam limpa, dan besi yang telah lepas digunakan kembali
dalam metabolisme. Besi juga terdapat dalam sel-sel otot, khususnya dalam
mioglobin.
Manusia hanya mampu menyerap dan
membuang/mengeluarkan besi dalam jumlah yang terbatas. Apabila jumlah besi yang
diserap lebih daripada yang diperlukan, kelebihannya disimpan dalam sel-sel
mukosa usus kecil dalam bentuk senyawa yang disebut feritin. Senyawa tersebut
terdiri dari protein apoferitin dan sebuah senyawa yang mengandung besi.
Kekurangan besi dapat menyebabkan anemia gizi dan penurunan kandungan
hemoglobin.
Dr.dr.
Inge Permadhi, MS, SpGK, dokter spesialis gizi, menambahkan bahwa Zat besi sangat
penting untuk memproduksi sel darah merah yang pada akhirnya oksigen dikirim ke
seluruh tubuh. Tetapi saat zat besi kurang, otomatis oksigen yang seharusnya
terkirim ke seluruh tubuh jadi berkurang. Dan saat oksigen ke organ otak yang
digunakan untuk mengolah informasi berkurang, hal itu akan membuatnya
mengantuk, tidak ada energi, dan menurunkan konsentrasi. Kalau hal itu sudah
terjadi, pasti akan menurunkan aktivitas untuk belajar. Selain itu anemia gizi
besi akan menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi
(Wiwik, 2008).
Seng (Zn)
Seng
(Zn/zink) merupakan salah satu mikromineral esensial penting yang di
perlukan oleh tubuh. Seng terdapat dalam jumlah yang cukup banyak di dalam
setiap sel, kecuali sel darah merah dimana zat besi berfungsi khusus mengangkut
oksigen. Seng tidak terbatas perannya seperti zat besi. Peranan terpenting seng
adalah pada proses percepatan pertumbuhan dan pembelahan sel, di mana seng
berperan dalam sintesa dan degradasi dari karbohidrat, lemak, protein, asam
nukleat dan pembentukan embrio. Seng juga berperan penting dalam sistem
kekebalan dan terbukti bahwa seng merupakan mediator potensial pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Selain peranan di atas, seng juga berperan sebagai
antioksidan, perkembangan seksual, pengecapan serta nafsu makan.
Konsekuensinya
apabila terjadi defisiensi seng menurut U.S. National Library of Medicine yaitu
pertumbuhan yang lambat, tidak ada selera atau nafsu makan, penyembuhan luka
yang lambat, muncul lesi pada kulit dan infeksi yang tak kunjung sembuh,
kelelahan yang hebat, kerontokan pada rambut, ketidaknormalan pada kemampuan
mengecap rasa dan mencium bau, kesulitan dalam melihat di kegelapan, dan
menurunnya produksi hormon pada pria (infertilitas).
Sumber-Sumber Zat Besi Dan Seng
Sumber-sumber zat besi dan seng melimpah secara alamiah dalam makanan.
Tetapi pada kenyataannya sedikit sekali yang dapat di absorbsi oleh tubuh
manusia. Sehingga potensi masyarakat terutama anak-anak usia balita dan sekolah
sangat rentan mengalami defisiensi zat besi dan seng. Untuk itu, perlu diadakan
pengecekan atau mengukur kadar Hb dan test defisiensi seng pada laboratorium
kesehatan terdekat. Tetapi jika kita tidak mempunyai cukup waktu dan biaya,
tidak ada salahnya kita untuk waspada dan mengenali gejala dini defisiensi zat
besi dan seng pada anak-anak. Salah satu solusi yang mudah, selain meningkatkan
asupan zat besi dan seng dari bahan alamiah melalui penyajian menu makanan yang
bervariasi dan kreatif adalah dengan melalui konsumsi makanan tambahan yang
telah difortifikasi (diperkaya) dengan tambahan zat gizi besi dan seng. Makanan
tambahan tersebut terutama dalam bentuk produk susu. Karena selain zat besi dan
seng yang di dapat, anak juga mendapat tambahan vitamin dan mineral lain yang
baik untuk kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Zat besi dan seng terdapat secara alamiah dalam bentuk
protein maupun senyawa kimia anorganik kompleks dalam bahan makanan seperti
dalam daging, hati, sumsum tulang dan otot hewan (hewani) maupun dalam
sayur-sayuran dan buah (nabati). Tumbuhan mendapatkan zat besi dan seng ini
dari dalam tanah dalam bentuk terlarut dalam air yang kemudian di serap oleh
akar tumbuhan. Sedangkan hewan mendapat asupan zat besi dan seng ini dari
tumbuhan/hewan yang di makan. Selain itu kita dapat pula menggunakan zat besi
dan zat seng dalam bentuk suplemen jadi seperti Besi (II) Sulfat (suplementasi
zat besi), Zn(II) Sulfat (suplementasi zat seng) ataupun dalam produk-produk
yang telah mengandung zat besi dan seng.
Gejala dini kekurangan zat besi dan seng (Anemia)
Kita dapat
mengenali gejala dini jika mengalami kekurangan zat besi dan seng, di antaranya
dengan memperhatikan wajah dan tingkah laku seperti wajah pucat, cepat letih
(stamina dan daya tahan tubuh menurun), kurang konsentrasi, dan nafsu makan
menurun. Selain itu, orang tua dapat melakukan test sebagai berikut untuk
mengukur anemia yaitu :
1.
Tekanlah telapak tangan atau kuku jari-jari tangan
selama 1 detik kemudian dilepas, maka apabila telapak tangan atau kuku jari
-jari tangan terlihat pucat kebiruan dan tidak segera terlihat merah itu pertkita
anak kita menderita anemia.
- Kenali dari bentuk mata yang cenderung lebih cekung dan apabila dilihat dari kantung mata bagian dalam bawah akan tampak warna merah agak keputihan.
- Perhatikan kuku kita, apabila kuku terlalu tipis dan sisi-sisinya melengkung seperti sendok (koilonychia) mengindikasikan bahwa kita mengidap anemia dan kekurangan zat besi.
Cara Mencegah Anemia
1. Mengkonsumsi makanan kaya akan zat besi
Pada anak lebih baik meminum
susu yang kaya mineral zat besi, pada wanita dengan
keadaan menstruasi, tidak menyukai sayuran, mengalami masalah diet kronis, dan
banyak melakukan aktivitas berat biasanya mengalami kekurangan zat besi sehingga lebih
mudah terserang anemia. Untuk mengatasinya, Anda bisa mengkonsumsi beberapa
makanan yang penting seperti :
·
Tiram dan kerang
·
Organ daging seperti hati sapi
·
Sarden, tuna, dan udang
·
Bijian
·
Jus anggur (tanpa gula atau pengawet)
·
Aprikot, buah persik, plum dan kismis
2.
Mengkonsumsi makanan kaya akan
vitamin B12
Kekurangan vitamin ini pasti membuat Anda mengalami penyakit anemia.
Bahkan, kekurangan dalam periode jangka panjang berpotensi mengakibatkan otak
permanen dan kerusakan sistem saraf pusat. Vitamin B12 dapat ditemukan di
berbagai macam makanan berikut ini :
- Kerang, tiram, dan remis
- Hati sapi dan daging sapi
- Domba
- Keju
- Telur
3. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan folat
Selain kekurangan Vitamin B12,
Anda juga mungkin saja mengalami defisiensi folat. Untuk mencegah hal tersebut,
sangat mudah karena Anda hnaya diharuskan mengkonsumsi berbagai macam makanan
di bawah ini.
- Lentil, kacang dan kacang polong
- Sayuran berdaun hijau seperti bayam
- Asparagus dan jagung
sumber :
http://medan.tribunnews.com/2014/03/02/anak-pendek-pertanda-kurang-gizi
http://www.amazine.co/7561/tips-anti-anemia-5-cara-mencegah-mengurangi-risiko-anemia/
http://sinlyevanputra6.wordpress.com/2012/12/29/anak-indonesia-kekurangan-zat-besi-dan-seng/
http://gejalapenyakitmu.blogspot.com/2013/05/gejala-anemia-penyebab-faktor-risiko.html
Komentar
Posting Komentar